Senin, 05 Januari 2009

Tugas Jamur Bermanfaat






Pemanfaatan Jamur Patogen Serangga, Metharhizium anisopliae pada Vektor Penyakit Malaria Anopheles stephensi

Terjemahan

Abstrak

Metharhizium Anisopliae adalah organisme jamur yang berperan sebagai patogen pada serangga yang bisa menjadi bahan pertimbangan sebagai agen hayati untuk nyamuk anopheles dewasa sebagai penyebab penyakit Malaria (vektor malaria). Percobaan kali ini membawa sekitar 30-50 jantan dan betina ke ke laboratorium dengan menggunakan jamur M. Anisopliae(dengan menggunakan 1108 konidia /ml didalam minyak atau suspense air). Dari hasil penelitian, ada 96% dan 94% kematian nyamuk dewasa dengan perlakuan menggunakan minyak atau air yang dicampur dengan konidia M. Anisopliae. Rata- rata nyamuk dewasa mati dan berkurang dengan penambahan kosentrasi (1108 konidia /ml). akhirnya kami menyimpulkan spora jamur yang meningkatkan sel-selnya dalam kutikula serangga sehingga dapat menekan sistem pertahanan sel nyamukdan pertumbuhan jamur pada kaki-kaki dan sayap nyamuk menghentikan pergerakan nyamuk.



Pendahuluan

Malaria termasuk perinkat infeksi didunia yang paling umum didaerah tropis. Diperkirakan 300-500 jutaan terinfeksi malaria pertahun , yang mengakibatkan 1,5sampai 3juta kematian(WHO,2000). Dampak kemampuan jamur pathogen serangga yang menyerang serangga dan filage tidak begitu terlalu dipellajari secara extensif. Konidia jamur heamomycetes melekat kuat pada lapisan kutikula serangga, dan setelah konidia melekat pada kutikula dengan mekanisme pelekatan yang tidak specific pada bagian tengah dinding sel hydrophobicity(boucles et, al, 1988,1991). Untuk melangsungkan hidupnya jamur patogen serangga membutuhkan keseimbangan interaksi yang baik antara jamur, inang, dan lingkungan. Umumnya, siklus hidup jamur pathogen serangga meliputi fase spora menginfeksi, berkecambah pada kutikula inangnya, selanjutnya membentuk sebuah pembuluh basil yang menetrasi kutikula dan menyeran homocoel pada inang serangga (hajek dan layer, 1994). Jamur memperbanyak diri dalam tubuh serangga dan membunuhnya. Kematian ini dikarenakan produksi racuoleh jamur atau karena jamur memperbanyak diri hidup menetap seluruh tubuh serangga. Pada kondisi lingkungan yang baik, jamur tubuh keluar dari kadaveer, dan bentuknya berupa konidiofor atau struktur yanh sma dengan spora. Terdapat tipe spesies jamur yang berbentuk isirahat atau melepaskan spora. Spora jamur membutuhkan inang, sehingga jamur mempunyai cara untuk menyebar pada inangnya. Oleh karena itu poin terpenting adalah lingkungan dan inang yang penting untuk bertahan dan reproduksi. Jidamur patogen serangga mempunyai sejarah yang panjang walaupun pengetahuan tentang infeksi mikroba masih baru. Pendeskripsian jamur pathogen serangga dapat ditemukan pada penamuan beberapa orang abad yang lalu (simson et al./1988). Teori perlakuan dengan jamur patogen serangga dan perkembangannya telah ada sebelumnya(ferion, 1985:Bufer al., upadhyay, 2003). Ketersedian literature tentang jamur yang berperan mengontrol nyamuk walaupun cukup tersebar dan tetapi tidak ada pengulangan teori baru-baru ini(Robert, 1974;peron et al., 1991). Oleh karena itu pada penelitian baru-baru ini, percobaan dilakukan untuk mengevaluasi efek Metharhizium anisopliae sebagai jamur pathogen terhadap Anopheles stephenai sebagai vektor malaria.


Bahan dan Metode

Larva nyamik dipelihara di laboratorium pada suhu 28 ±2 untuk yang betina C, 75-85%RH dibawah 14 L:10D siklus periodesinar. Larva memakan biscuit anjing dan ragi dengan perbandingan 3:1. Makanan berlanjut hingga larva berubah menjadi fase pupa. Larva nyamuk dikumpulkan dalam sebuah wadah dari botol air minum dan kolam air hujan di dekat universitas Bhrathiar, Coimbatore, Tamlinoodu, india. Larva naymuk dirawat dalam laboratirium dengan temperature ruangan.( 28 ±2 untuk yang betina C)

Bioassay 1

Konidia M.Anisopliae yang kering disuplai oleh T.stane-Research dan Development PVL,limited,Coimbatore. Konidia disuspensi dalam penyulingan air dan presentase kecambah yang diletakkan pada potato dextrose agar(PDA). Konidia disuspensi dipenyulingan air steril atau dengan campuran air steril atau dengan ,menggunakan sebuah alat heamocytometer dan jumlah konidia/ml yang dapat hidup dengan presentase kecambah×kosentrasi konidia. Jumlah dari perhitungan dengan menggunakan heamocytometer dapat ditentukan didapatkan kosentrasi konidia 2×108 /ml.

Komidia diinokulasi dalam air atau minyak terdiri dari 102, 104, 106, dan 108konidia yang diambil dengan pipet. Instar ketrig dan keempat larva diberikan dalam kosentrasi konidia berbeda dan kematian larvanya juga dihitung tiap beda interval waktunya.

Bioassay 2

Masing-masing pada tiga replika ditaruh 100 nyamuk A.Stephensi dewasa(vektor malaria), setelah umur 1-2 hari dimulailah penelitian. Nyamuk dletakkan di kertas penyaring laboratorium berwarna putih didalam botol kaca ukuran kecil. Suspense ini ditabur 100mg konidia kering dan ditempatkan diatas kertas penyring ketika myamuk hinggap pada suspense untuk mengkomsumsi glukosa dengan demikian akan bersentuhan langsung dengan konidia pada bagian tarsal atau kepala dan thorak, ketika selesai makan dilubang pada suspense.dtunggu diwadah suspense sampai akhir bioassay(minimal 8 hari).

Bioassay 3

Minyak kelapa ditambah (10% campuran minyak untuk suspensi) kosentrasi konidia yang berbeda/ml. Pada bioassay 1ml dari campuran minyak diambil dengn pipet pada kertas penyaring. Kertas ini diletekkan dengan hati-hati pada kandang. Nyamuk memakan 10% larutan glukosa yang ditempatkan pada kandang. Nyamuk yang mati dipindahkan dari nyamuk yang dapt hidup selama 3 hari. Kemudian nyamuk yang mati diteliti menggunakan midkroskop dilihat dari cara konidia menetrasi.

Analisa Statistik

Dari hasil percobaan didapatkan presentase kematiam ternyata sesuai dengan formula About(About 1925). Kosentrasi kematian dari 50% dan 95%(LT50 dan LT95) digunakan untuk mengukur perbedaan antara beberapa sampel yang diuji.


Hasil

Sel jamur yang berkembang dalam tubuh serangga yang memiliki sebuah lapisan disebelah luar, yang menetralkan sirkulasi heamocytes atau dapat efektif menutupi protein inang dengan immuno-modulating yang dapat menekan mekanisme pertahanan sel. Sel-sel jamur mungkin menoleransi terhadap humoral dan sistem pertahanan sel yang dimilki serangga. M.Anisopliae menunjukkan sifat patogennya pada larva myuamuk A.Stepensi, pada larava nyamuk dengan pemcerian 1×106 konidia kering. Kematian dihitung pada interval waktu yang berbeda. Ratusan larva nyamuk yang diberi konidia kering sampai hari yang kedelapan pada interval waktu 72 jam, 48 jam,24 jam. Angka kematian didapatkan 96% pada jangka waktu 8 hari menggunakan jamur M.Anisopliae dan 72 jam dan 48 jam angka kematiannya adalah 76% dan 67% tercantu pada tablel no.1. pada penelitian yang menggunakan larva nyamuk yang diletakkan pada konidia kering, terdapat spora-spora jamur sekitar 95% pada serangga . efek dari M.Anisopliae pada pertumbuhan dan perkembangan A.Stepensi ditumbukkan pada tabel 2. Larva,pupa dannyamuk dewasa yang dalam keadaan kritis tereduksi setelah mengalami perlakuan pemberian menggunakan M.Anisopliae dengan level dosis yang tinggi. M.Anisopliae yang diteliti pada nyamuk A.Stepensi ketika nyamuk ditaruh pada 10 formulasi minyak dan denghan kosentrasi konidia 1×106pada interval yang berbeda. Jumlah nyamuk A.Stepensi ditaruh pada campurtan konodia , kematian dihitung pada tiap durasi interval waktu, didapatkan 96% angka kematian setelh 8 hari dan 70% kematiannya pada interval waktu 72 jam (tabel 3). Nyamuk yang bertahan tanpa perlakuan tidak terlalu berbeda dari nyamuk yang diberi perlakuan dengan dosis yang rendah. LT50 dan 50 sangat berbeda dengan nyamuk dewasa yang hidup.

Diskusi

Pengendalian dengan menggunakan mahluk hidup pada fase larva sampai berkembang menjadi nyamuk adalah salah satu teknik yang mampu dikatakan murah mudah untuk mengaplikasinya dan metode yang ramah lingkungan dalam pengendalian nyamuk. Isektisida alami yaitu Phytotosik dan tidak menjauhi residu kimia pada tumbuh-tumbuhan, hewan dan minyak dilaboratorium, myamuk dewasa A.Stepensi mudah terinfeksi oleh jamur M.Anisopliae.

Banyak agen hayati dievaluasi melawan fae larva dari nyamuk yang paling sukses dari bakteri yaitu Bacillus Thuringensis Israelensis dan Bacillus Spnerieus(Filinger et al. 2003). Jamur pathogen serangga kandidat paling baik untuk dipertimbangkam sebagai pertisida dari mahluk hidup yang lebih aman,relatif terbatas inangnya, gampang membuatnya dan pantas diproduksi dalam skala besar(ferron 1981). Saaat ini pengendalian vektor intra-Domigiliary terganung pada aplikasi dari residu insektisida. Walaupun agen hayati dikembangkan melawan tiap fase dari nyamuk air, tidak untuk yang dewasa.

Model epidemologi pada malaria menunjukkan bahwa dewasa dan larva nyamuk bertahan paling sensitif kompomen kapasitas penularnya (Miller,1973). Ketika alat pada konidia sukses menginfekdi dsn skhirnys membunuh seekor nyamuk jumlah batas dari konidia per unit dipermukaan area yang diperlukan.pada respon dosis mematikan milik percobaan kami dengan dosis rendah yang menghasilkan efek yang signifikan pada nyamuk yang hidup dengan menggunakan 1×108konidia/ml. ini dapat mencapai dampak yang mungkin sangat tinggi oleh jamur pada populasi nyamuk, ini membutuhkan kesempatan kecil dissamping mode utama yang mengkontaminasi yang sedang dipakai. Hadil studi studi ini menunjukkan kondisi laboratorium lebih signifikan disbanding dilapang (scholte et al.2003). hasil studi kali ini menunjukkan rata-rata harian nyamuk yang bertahan dari infeksi M.Anisopliae pada dewasa dan larva nyamuk pada beberapa moment-moment yang diberikan sar masa nyamuk hidup ini lebih rendah dari nyamuk yang tidak terinfeksi. Dan ketika mereka hidup tereduksi dengan pemberian dosisb konidia yang cukup tinggi. Peluang pengembangan dari pengendalian nyamuk dewasa dan larva nyamuk telah dijinkan dan mungkin membuat hak paten untuk alat pengendalian nyamuk. Sebab penelitian sat ini dibuat mengevaluasi efek adulticidal dari M.Anisopliae untuk mengevaluasi ageb hayati yang baik bagi A.Stepensi. Akhirnya kita memndiskusikan tentang jamur patogen yang berinteraksi dengan nyamuk dewasa sebagai sebuah percobaan dari pengendalian nyamuk pada level laboratorium.


Review

Jamur jenis Metharhizium Anisopliae merupakan suatu organisme jamur yang sangat penting dan berperan sebagai patogen pada serangga.

Jamur ini memiliki ciri – ciri antara lain :

  1. Dapat berperan sebagai jamur yang berpotensi sebagai patogen pada serangga

  2. Pada seranganya mula – mula jamur tersebut masuk ke dalam mulut (mandibul) pada serangga yang segera menginfeksi bagian caput dari serangga tersebut

  3. Bisa juga jamur ini masuk melewati lubang kutikula

  4. Spora berwarna hijau

Adapun Klasifikasi dari jamur ini, antara lain :

Kingdom : Fungi

Subkingdom : Dikarya

Fillum : Ascomycota

Class : Sordariomycetes

Ordo : Hypocreales

Family : Clavicipitaceae

Genus : Metarhizium

Spesies : M. anisopliae



Gambar jamur Metarhizium anisopliae :









Gambar serangga yang terserang oleh jamur Metarhizium anisopliae :









Belalang kayu yang terserang jamur Metarhizium anisopliae Lebah yang terserang jamur Metarhizium anisopliae



Penyakit yang membahayakan ini yang kita kenal dengan penyakit Malaria yang disebabkan oleh nyamuk Anopheles stepensi menginfeksi kepada penderita malaria yang nantinya dapat mengakibatkan pada kematian. Di dalam jurnal tersebut, akan mencoba sebuah solusi denganmemakai jamur yang berperan sebagai patogen pada serangga yaitu jamur Metarhizium anisopliae dengan cara di campur dengan 2 bahan yaitu minyak atau air pada kosentrasi konidia yang berbeda supaya dihasilkan suatu campuran yang ampuh dan efektif dalam membinasakan nyamuk. Hasil dari percobaan di laboratorium yaitu dengan memakai kosentrasi konidia yang sangat memuaskan ialah sekitar 94% ini, hal itu dilakukan agar menunjukkan bahwa pada kosentrasi konidia yang cukup baik diaplikasikan pada daerah yang lapang terdapat suatu endemik penyakit malaria.

Hasil dari percobaan pada jurnal tersebut, yaitu konidia dari jamur M.Anisopliae menyerang nyamuk A.Stepensi yang meliputi fase menginfeksi memperbanyak diri pada bagian kutikula inangnya kemudian membentuk suatu pembuluh basil yang menetrasi kutikula dan menyerang homocoel pada inangnya, sehingga nyamuk akan mati, hal itu disebabkan karena racun yang diproduksi oleh jamur atau akibat kaki dan sayap terselubungi oleh konidia dan spora dari jamur, sehingga mengakibatkan terhambatnya pergerakan nyamuk tersebut, dan lama lama akan mati..

Pengendalian dengan menggunakan mahluk hidup pada fase larva sampai berkembang menjadi nyamuk adalah salah satu teknik yang mampu dikatakan murah mudah untuk mengaplikasinya dan metode yang ramah lingkungan dalam pengendalian nyamuk. Isektisida alami yaitu Phytotosik dan tidak menjauhi residu kimia pada tumbuh-tumbuhan, hewan dan minyak dilaboratorium, myamuk dewasa A.Stepensi mudah terinfeksi oleh jamur M.Anisopliae.

Pada jurnal tersebut disimpulkan bahwa dapat memanfaatkan agen hayati misalkna pada kalangan jamur untuk memberantas serangga yang berpotensi sebagai hama. Misalkan saja, kita dapat memanfaatkan jamur patogen yang lainya jenis Beauveria Bassiana dengan perlakuan yang sama pada nyamuk Anopheles tersebut. Bisa juga pada jamur M.Anisopliae yang digunakan untuk memberantas nyamuk Aedes aegepty yang menyebabkan penyakit yang sangat berbahaya yaitu Demam berdarah